Oleh: Hamzah Palalloi
BAUBAU - Telah sepekan Bapak Dr. H.AS Tamrin, M.H., berpulang kepada Sang Pencipta. Kamis malam Jumat ini, 20 Januari 2022, istri dan anak-anaknya mengundang handai taulan untuk mengiringnya dengan bacaan Yasin, Tauziah dan tahlilan di Rujab Wali Kota – simbol kediaman kepala daerah dan sekaligus tempat yang ia pilih untuk memimpin Kota Baubau selama kurang setahun ini karena pandemi Covid-19.
Almarhum Pak Tamrin, memilih Rujab sebagai tempat melaksanakan tugas-tugas Wali Kota-nya - dari menerima tamu hingga melantik para pejabatnya. Ia memang sangat konsisten untuk mengurangi aktivitas berkerumun dengan masyarakat, belum lagi kondisinya yang belakangan sangat menurun. Almarhum begitu paham cara mengefektifkan kondisi dirinya dengan tugas-tugasnya yang berjibun. Itu cerita yang terbenam di benak selama kurang lebih setahun sebelum kepergiannya.
Sakit, bukan berarti alpa. Begitu ia mencirikan dirinya pada khalayak. Dengan segala keterbatasannya, sepanjang ia masih bisa melayani maka ia akan melaksanakannya, sekalipun di kursinya terlihat teramat lunglai. Bahkan ketika berpikir panjang tentang sesuatu, ia menunduk dan memejamkan mata, sembari menjawab dan memberi pencerahan-pencerahan.
“Bapak harus istirahat, jangan berlama-lama Pak”. Itu pernyataan yang kadang dilontarkan banyak tamu padanya. Tapi Pak Tamrin tetap bergeming. “selesaikan dulu, sebab ini juga sangat penting, ” katanya.
Almarhum tipe pemimpin yang selalu melihat sesuatu sebagai hal ‘penting’. Tak pernah meremehkan sesuatu. Maka label sebagai pemimpin perfeksionis begitu melekat padanya, sekalipun itu hanya sekadar konsep data yang masuk padanya.
Namun label perfeksionis juga ditolaknya, ia memilih kalimat lebih bijak. “Saya bukan pemimpin sempurna, saya hanya ingin menjadi pemimpin yang baik, ” katanya. Ini juga dibenarkan Adri – staf pribadinya.
“Tandanya saya akan berpulang”
Sosok almarhum, dikenal sebagai perangkai kata yang mahir, pilihan diksi-diksinya teramat selektif. Bila ia berpidato kerap melontar kalimat-kalimat baku yang terasa asing di telinga manusia kekinian. Bagi yang mengerti, maka ungkapan Pak Tamrin seolah mengatar seseorang ke lorong waktu masa silam. Itu sebab kerap saya melabelinya sebagai perekam zaman yang hebat.
Baca juga:
Bahtsul Masail dan Kiai Zaini Mun'im
|
Satu waktu sebelum Pilkada periode keduanya berpasangan dengan La Ode Ahmad Monianse, ia bercerita tentang pesan whatsapp yang masuk ke Ponselnya. Begini pesannya, “Hey, Anda itu sangat kurus, penyakitan ya”.
Pesan itu tentu teramat menyakitkan, sebab bernada bullyan dan body shaming. Namun seperti Tuba berbalas Susu, ia menjawab pesan itu dengan penuh canda. “Saya kurus tetapi belum pernah masuk RS sebagai pasien. Saya ke RS sebagai pembezuk. Saudara boleh catat, bila saya ke RS dan dirawat sebagai pasien, itu tandanya saya akan berpulang, : begitu Pak Tamrin menceritakan penuh canda.
Kepergiannya pada Kamis 13 Januari 2022 pekan lalu, seolah menjadi pembenaran akan ungkapan-ungkapannya. RS. Omni Internasional di Pulomas Jakarta Timur menjadi RS pilihan perawatannya hingga tempat menghembuskan nafas terakhirnya. Inna lillahi wa inna ilaihi rojiun.
Almarhum seolah ingin mengajarkan pada banyak orang dengan kalimat bijak, “So many people who love you, Don’t focus on the people who don’t” (Ada banyak sekali manusia yang mencintaimu, jangan fokus kepada mereka yang enggan).
Memang, Pak Tamrin sekalipun sakit, ia lebih memilih bertahan dengan terapi dan menghindari Rumah sakit. Pilihan lainnya, ia memanggil dokter-dokter pribadinya. Tapi perawatan di RS. Omni benar-benar tempat perawatan terakhirnya, sebagaimana pesannya itu.
Kini, sepekan almarhum Pak Tamrin ke sisi Tuhannya, mungkin di Surga sana ia melihat kita semua, warga dan kotanya. Bila saja ia masih bisa berpesan bijak, mungkin saja ia ingin berkata. “tetaplah kalian dalam kasih sayang, cinta, penghormatan dan saling menghargai sesamu, ”. Pesan yang selalu ia patrikan dengan kalimat pendek, Polima. Barakallah!