BAUBAU - Siapapun beliau semasa hidupnya, ia mewariskan banyak cerita dan catatan yang terekam pada semua yang mengenalnya. Kekuatan terbesarnya yakni kemampuan merawat pertemanan, itu sebab almarhum Dr. H. Abdul Sajid Tamrin, M.H., tak lekang di pikiran banyak orang, dan memberinya label sebagai orang yang sangat baik.
Kebaikan itu menjadi rangkuman atas nilai kehidupan yang dijalaninya sebagai sosok sederhana, santun dalam bertutur, selalu menyungging senyum, hingga berupaya membenarkan pendapat kawan diskusinya kendati ia berbeda pendapat. Pun bila berbeda ia membumbui ucapan-ucapannya dengan bait-bait humor yang ringan.
Baca juga:
Tony Rosyid: Tunda Pemilu dan PJ Presiden
|
Ingatan inilah yang kemudian menyisakan kesedihan mendalam tatkala berita duka itu menyeruak di Kamis sore, 13 Januari 2202 dari Ibu Kota. Inna lillahi wa inna ilaihi roijun. Pak Tamrin pergi dengan segala kebaikannya.
Sulit merangkum semua ingatan tentang almarhum Pak Tamrin, ia seolah tulisan yang tak pernah tuntas. Almarhum adalah pemimpin dan perekam zaman. Ia adalah bapak bagi banyak orang, kawan bagi banyak pemikir, hingga abang dari banyak kaum aktivis. Beliau sosok yang selalu hidup dalam lapat-lapat waktu. Dari soal Orde Lama, Orde Baru, Reformasi hingga tafsirnya tentang dunia yang bergelimang teknologi.
Baca juga:
Tony Rosyid: Plus Minus NU Dukung Anies
|
Almarhum Pak Tamrin menjadi sosok yang selalu menyandarkan hidupnya pada putaran alam. Obsesinya pada masa depan tak dibangun dalam sikap ambisius. Ia kerap berkata, “bila semesta menghendaki, bismillah, ” katanya.
Wajar saja, ketika berita duka tiba, alam Kota Baubau yang dipimpinnya pun menyambutnya dalam keteduhan; gerimis hingga hujan menyirami bumi. Seolah tangis warganya terwakili pada suasana alamnya. Baubau berduka, dan almarhum seolah memanggil semua yang mengenalnya; lalu memanjatkan doa pada Sang Pencipta, agar Surga menjadi tempat Pak Tamrin tersenyum melihat kita semua.
Banyak ingatan tentang sosok sederhana ini, namun ingatan seolah tersekat kebaikan-kebaikannya. (sekali lagi) Pak Tamrin seolah tulisan yang tak tuntas, menceritakannya tak cukup dalam tulisan berlembar-lembar. Ia pergi dengan warisan berupa nilai, ia mengajarkan nilai kemanusiaan yang universal, tentang cinta, kasih sayang, penghormatan, dan tepa selira.
Pak Tamrin adalah oase yang menyegarkan ingatan tentang zaman, tentang kepedulian, dan tata krama. Pak Tamrin menjadi penggambaran manusia Buton yang sederhana, agamis, cerdas, dan guru bagi banyak orang. Ia dewasa dalam banyak cerita dan pengalaman, hingga akhir hayat yang bisa diteladani generasi saat ini, bahwa hidup adalah kesederhanaan dan kepedulian.
Selamat jalan Bapak. Surga layak untukmu. Kami mengenangmu dalam banyak kebaikan-kebaikan. Engkau tetap ada dalam pikiran dan ajaran-ajaran humanismu. Barakallah!